Beranda ยป Dua Pendaki Perempuan Indonesia Penakluk Gunung Tertinggi di Dunia

Dua Pendaki Perempuan Indonesia Penakluk Gunung Tertinggi di Dunia

admin 10/01/2021

ADA dua pendaki perempuan Indonesia yang cukup membanggakan negara dengan berdiri di Puncak Everest. Seperti diketahui, bahwa salah satu gunung tertinggi di dunia ini mempunyai trek begitu menantang. Tidak mudah untuk bisa sampai di sana. Ketinggiannya mencapai 8.000 mdpl saja sudah butuh perjuangan tinggi.

Tidak semua orang mampu bertahan dalam kondisi tersebut. Tetapi, dua mahasiswi itu membuktikan bahwa jangan pernah meremehkan perempuan. Serta, menganggap mereka adalah manusia lemah. Mudah disakiti atau ditipu, hal ini merupakan sebuah kebanggaan untuk Ibu pertiwi. Bahkan, Presiden Jokowi sempat mengundang ke istana negara. Bentuk penghargaan tinggi, dari pemerintah untuk Srikandi bangsa.

Tepat 17 Mei 2018 lalu, dua pendaki perempuan itu berhasil membawa merah putih sampai ke Mount Everest. Fransiska Dimitri Inkiriwang serta Mathilda Dwi Lestari memberikan bukti nyata. Tekad dan keyakinan tinggi adalah cara terbaik meraih kesuksesan.

Persiapan Sebelum Mendaki Mount Everest

Pendaki perempuan Indonesia ini membutuhkan waktu tiga hari menyelesaikan proses administrasi berupa perizinan untuk mendaki serta mempersiapkan perbekalan. Mereka sengaja membeli semua kebutuhan di Nepal tepatnya di kota Kathmandu. Hal ini dilakukan agar semua kebutuhan sesuai dengan budget yang sudah ditetapkan.

Kota di atas Gunung merupakan tujuan selanjutnya, setelah dari Kathmandu. Letaknya berada diketinggian kurang lebih 2.030 Mdpl. Dari sini perjuangan sudah di mulai. Fransiska dan Mathilda sudah melakukan adaptasi atau dalam istilahnya adalah aklimatisasi. Di mana tubuh harus disesuaikan terlebih dulu.

Prosesnya tidak hanya duduk di tempat. Melainkan, melakukan perjalanan menuju Danau Gosaikunda. Menempuh waktu selama 6 hari. Kamu bisa bayangkan, untuk meraih sebuah impian besar dibutuhkan perjuangan serta tekad yang kuat. 6 hari perjalanan bukanlah waktu singkat.

Walaupun, dua pendaki perempuan Indonesia ini sudah punya banyak pengalaman. Namun, melangkah ke Danau Gosaikunda tetap bukan sesuatu yang mudah dilakukan. Karena, tempat ini berada diketinggian 4.380 Mdpl. Artinya, ada 2.300 meter harus ditempuh, trek tidak jalan landai melainkan menanjak.

Proses Aklimatisasi Mencapai Tiga Minggu

Proses Aklimatisasi menuju Mount Everest membutuhkan waktu kurang lebih 3 minggu. Sebelum sampai ke tujuan pertama, ada tiga pemberhentian harus dilalui Fransiska dan Mathilda. Shin Gompa (3.330 Mdpl), Laurebina (3.950), serta titik Akhir Gosaikunda. Proses ini berjalan sangat baik.

Selama perjalanan tubuh kedua Srikandi itu sudah mampu beradaptasi serta mengatasi udara dingin. Mereka meyakini, pendakian ini sangat sulit. Dibandingkan dengan Puncak tertinggi sebelumnya. Cuaca ekstrim jadi salah satu penghalang terbesar. Hanya saja, tekad dan semangat Fransika dan Mathilda masih bulat.

Pendaki perempuan Indonesia itu akhirnya, sampai diketinggian 5.200 Mdpl. Satu hal yang harus diperhatikan adalah kadar oksigen sudah mulai menipis. Mereka memilih jalur Tibet sebagai trek pendakian. Hal ini dilakukan untuk menghindari penumpukan para pendaki. Tetapi, harus dibayar mahal karena, trek sangat curam.

Susahnya trek tersebut sedikit menguntungkan. Perjalanan Tujuh hari membuat mereka selalu belajar berbagai macam teknik pendakian. Keduanya paham benar bahwa, menuju ke titik puncak Mount Everest, setiap orang wajib memahami semua teknik pendakian. Bagaimana mengatasi trek serta keadaan tertentu.

Proses Aklimatisasi terakhir hadir saat mereka masuk diketinggian 7000 mdpl. Hanya saja, sampai diketinggian tersebut. Keduanya harus menghadapi dinginnya suhu, mencapai 11 derajat bahkan, mencapai minus. Tidur Pendaki perempuan Indonesia ini harus dibantu tabung oksigen, udara seakan sudah tidak ada lagi.

Kebahagiaan yang Tidak bisa Terbendung

Dalam kisahnya, mereka memilih jalur North Col. Sangat berbahaya karena, harus melewati tebing. Jalur tangga dengan jurang menganga di bawah. Serta tantangan fix rope sudut kemiringannya mencapai 60 derajat. Tantangan terbesar dalam sebuah pendakian. Menahan suhu dingin ditambah sulitnya medan.

Sebelum summit attack pemeriksaan tubuh dilakukan. Jantung sudah pasti berdebar. Banyak berita buruk mengikuti kisah para pendaki lainnya. Di mana mereka tidak selamat dan lain sebagainya. Risau tersebut sempat muncul, tetapi tertutup karena, keinginan dan tekad untuk membanggakan Indonesia sangat tinggi.

Pendaki perempuan Indonesia itu kembali ke titik 4.150 Mdpl. Dari Desa Zhaxizongxiang mereka beristirahat dan mulai berjalan kembali. Jalur yang ditempuh tidak jauh berbeda dengan proses penyesuaian. Sampai diketinggian 8.271 mdpl merupakan Camp 3 pos terakhir menuju ke puncak. Mereka beristirahat serta menyiapkan naik ke atas.

Tebing batu sampai angin kencang merupakan tantangan terberat. Ada tiga trek harus dilewati tahap satu, Mushroom Rock, dua dan tiga. Sisi kanan dan kiri merupakan jurang menganga. Salah langkah mereka akan terjatuh serta perjuangan selama ini menjadi sia – sia.

Pendaki perempuan Indonesia ini akhirnya, mampu berdiri di Puncak Everest diketinggian 8848 Mdpl. Air mata langsung pecah begitu saja. Rasa haru bercampur bangga menjadi satu saat mereka tahu bahwa, perjalanan itu sudah hampir sampai akhir. Dua Srikandi mengibarkan bendera dengan penuh kebanggaan.

Sebelum Mendaki Puncak Gunung Everest

Pengalaman ini menjadi yang paling lengkap karena, sebelumnya dua Srikandi ini sudah mengharumkan nama bangsa. Beberapa puncak seperti, Cartenz Pyramid (4.884) dengan segala trek yang tidak pernah bisa dianggap mudah. Setelah itu puncak selanjutnya adalah Gunung Elbrus (5.642), Kilimanjaro (5.892), hingga Aconcagua (6.962).

Mereka menilai salah satu pencapaian terbesar ini merupakan hasil dari kerja keras mereka mendaki berbagai macam gunung beberapa tahun belakang ini. Kesamaan suhu dingin serta trek menjadi salah satu tantangan terbaik dalam melakukan pemanasan sebelum naik Mount Everest. Fransiska dan Mathilda membuktikan pencapaian terbaik dengan mengibarkan bendera di Tujuh Gunung Tertinggi di dunia bukan sesuatu mudah tetapi, mereka sanggup melakukan hal tersebut. Pendaki perempuan Indonesia tersebut memberikan semangat dan tekad agar banyak pemuda lain mengikuti tekadnya. (Smartpedia)

Tinggalkan komentar

Artikel Terkait